Rabu, 06 Maret 2013

BAB II MARINE REMOTE SENSING,BIOLOGI OCEONOGRAFI, PERAMALAN UPAYA PERIKANAN TANGKAP, SILVOFISHERY DAN SEARANCHING





1.1. Marine remote sensing
a. Pengertian Penginderaan Jauh (Remote Sensing)
      Berikut adalah pengertian Pengindraan jauh menurut beberapa ahli :
     Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar        li   lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna. (Curran, 1985).

Penginderaan Jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu            o  objek daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak  langsung      d   dengan objek, daerah, atau  fenomena yang dikaji.  (Lillesand dan Kiefer, 1998).

Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu, karena terdapat suatu sistimatika tertentu untuk dapat
menganalisis informasi dari permukaan bumi, ilmu ini harus dikoordinasi dengan beberapa pakar ilmu lain 
seperti ilmu geologi, tanah, perkotaan dan lain sebagainya. (Everett Dan Simonett 1976) 
b. Aplikasi Dari Remote Sensing
1)    Radar Konvensional radar ini kebanyakan terkait dengan kontrol lalu lintas udara, peringatan dini, dan beberapa berskala besar berhubung dgn Data cuaca. Doppler radar digunakan untuk peraturan pemantauan batas kecepatan dan yang terhubung dgn cuaca seperti kecepatan dan arah angin dalam sistem cuaca, Jenis koleksi termasuk plasmas aktif di ionosfir). Interferometric sintetis kecepatan rana radar digunakan untuk memproduksi model elevasi digital tepat besar skala daerah (lihat RADARSAT, TerraSAR-X, Magellan).
2)    Laser altimeters dan radar pada satelit telah memberikan berbagai macam data. Dengan mengukur bulges air yang disebabkan oleh gravitasi, radar pada satelit memiliki fitur peta seafloor ke resolusi mil atau lebih. Dengan mengukur dan ketinggian gelombang-panjang gelombang laut, yang altimeters mengukur kecepatan dan arah angin, dan permukaan laut dan dasar laut.
3)    LIDAR Light Deteksi yang lebih dikenal pada contoh dari persenjataan, laser illuminated kepulangan dari projectiles. LIDAR digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi berbagai bahan kimia di udara, sementara udara LIDAR dapat digunakan untuk mengukur tinggi dan memiliki obyek di lapangan yang lebih akurat dibandingkan dengan teknologi radar. Vegetasi jarak jauh adalah penerapan prinsip LIDAR.
4)    Radiometers dan photometers adalah instrumen yang paling umum digunakan, dan mengumpulkan data tercermin emitted radiasi dalam berbagai frekuensi. Yang paling umum yang terlihat dan sensor inframerah, diikuti oleh microwave, gamma ray dan jarang, ultraungu. Mereka dapat juga digunakan untuk mendeteksi emisi Spectra berbagai bahan kimia, menyediakan data kimia konsentrasi dalam suasana.
5)    Stereographic atau foto udara yang sering digunakan untuk membuat peta topografi oleh Citra Analis, Terrain Analis di trafficability raya dan departemen untuk rute potensial.
6)    Simultaneous multi-platform seperti Landsat telah digunakan sejak 70's. Tematik mappers ini mengambil gambar dalam beberapa wavelengths dari radiasi elektro-magnetik (multi-hantu) dan biasanya ditemukan pada pengamatan satelit bumi, misalnya program lansat atau IKONOS satelit. Peta tanah dan penutup lahan dari pemetaan tematik dapat digunakan pertambangan,mineral, mendeteksi atau memantau penggunaan tanah, hutan, dan memeriksa kesehatan adat dan tanaman perkebunan, termasuk seluruh daerah pertanian atau hutan.
7)    Di dalam medan peperangan dan berbahaya pengindraan jarak jauh memungkinkan untuk tindak lanjut dan memantau daerah berisiko dalam jangka panjang, untuk menentukan faktor desertifikasi, untuk mendukung para pengambil keputusan dalam menentukan langkah-langkah yang relevan dari pengelolaan lingkungan hidup, dan untuk menilai dampak – dampaknya.

c. Penerapan Teknologi Inderaja Untuk Penangkapan Ikan
             Inderaja dengan menggunakan satelit merupakan sarana yang sangat bermanfaat dalam mengelola sumberdaya perikanan secara bijaksana, termasuk kegunaanya untuk mendeteksi zona potensi penangkapan ikan. Untuk perikanan, bukanlah ikan yang tampak langsung, tetapi adalah fenomena alam yang memungkinkan adanya ikan di suatu tempat, karena pada tempat itu banyak terdapat makanan ikan dan mempunyai kondisi lingkungan yang sesuai dengan jenis ikan tertentu. 
Terdapat sejenis plankton yang mengandung klorofil (zat hijau daun). Plankton ini merupakan makanan ikan-ikan kecil yang pada gilirannya akan menjadi makanan bagi ikan yang lebih besar. Jadi dengan mendeteksi lokasi klorofil, maka secara tak langsung akan mendeteksi lokasi yang mungkin banyak ikannya. Cara mendeteksi klorofil ini, pada dasarnya adalah sangat sederhana. Sensor yang ada pada satelit diberi filter hijau (band hijau) secara digital, artinya detektor akan mendeteksi sinar hijau saja. Jadi sensor mendeteksi klorofil yang ada di laut. Tentu saja sangat perlu dilakukan beberapa sample pengukuran di laut (in-site, pengukuran di tempat), karena belum tentu sinar hijau yang dicatat oleh sensor satelit berasal dari klorofil. Setelah melakukan pengukuran di beberapa tempat dengan kapal misalnya, maka kini dapat dilakukan interpolasi atau ekstrapolasi terhadap data / citra satelit yang mempunyai liputan yang sangat luas itu; situasi klorofil pada lokasi yang luas dapat ditentukan dengan cepat. Seterusnya para nelayan akan diberi tahu untuk menentukan daerah operasi mereka. 

d. Pengukuran kondisi atau faktor oseanografi perairan dilakukan dengan cara :
·         Suhu
Pengukuran suhu dilakukan setiap jam di lokasi penangkapan ikan. Pengukuran suhu permukaan laut digunakan untuk verifikasi perhitungan suhu dari satelit NOAA. Jadwal lintasan satelit NOAA diperoleh dari prediksi orbit dari stasiun NOAA.
·         Salinitas
            Salinitas diukur pada saat penangkapan di lokasi ZPPI.
·         Arus permukaan
             Arus permukaan diukur di lokasi penangkapan ikan, baik arah maupun kecepatannya
·         Kedalaman perairan, kondisi laut, cuaca
Ketiga parameter tersebut diukur di lokasi ZPPI pada saat penangkapan ikan dilakukan. Kedalaman perairan diukur dengan menggunakan fish finder

e. Ada dua jenis penginderaan jarak jauh.
1)    Penginderaan Pasif , Sensor mendeteksi radiasi alam yang tercermin emitted atau objek atau sekitarnya yang diamati. Tercermin dari sinar matahari biasanya penginderaan ini menggunakan sumber radiasi diukur oleh sensor pasif. Contoh penginderaan pasif termasuk sensor film fotografi, infra-merah, yang digabungkan perangkat, dan radiometers. , di sisi lain, energi emits untuk memindai benda dan daerah mana yang pasif Sensor kemudian mendeteksi dan mengukur radiasi yang dipantulkan atau backscattered dari target.
2)    Penginderaan aktif, Radar adalah contoh penginderaan aktif dari jarak jauh di mana waktu tunda antara emisi dan kembali diukur, membangun lokasi, ketinggian, kecepatan dan arah obyek.

2.2. Biologi oseanograffi
a. Pengertian Oseanografi    
            Dengan kata lain Oceanografi itu ialah Scientific study dan explorasi lautan dan laut-laut serta semua aspek-aspek dan fenomenanya. Termasuk sedimen,batuan yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan atmosfer, pergerakan air, serta faktor-faktor tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut baik tenaga dari dalam maupun tenaga dari luar, kehidupan organisma, susunan kimia air laut, serta asal mula terjadinya lautan dan laut-laut purbakala. Oleh karena itu oceanografidikatakan sebagai suatu disiplin ilmu mengenai laut yang terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu geologi, meteorology, biologi, kimia fisis, geofisika, geokimia, gerakan mekanis dan aspek-aspek teoritis yang harus menggunakan ilmu pasti.
 Cakupan oseanografi yaitu organisme lsut dan dinamika fluida, tektonik lempeng dan geologi dasar laut, dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik di dalam samudra dan pada batas- batasnya, juga mengenai samudra dan memahami proses di dalamnya, seperti proses biologi, kimia, geologi, meteorology, dan fisika.
Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans (1985: 1), oseanografi dibagi menjadi empat cabang ilmu, yaitu :
1)    Fisika Oseanografi
Fisika oseanografi yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan termasuk kejadian-kejadian seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan gelombang,arus,temperatur air laut, iklim dan sistem arus yang terdapat di lautan.
2)    Geologi Oseanografi
Yaitu yang mempelajari lantai samudra atau litosfer di bawah laut. Ilmu geologi penting artinya bagi kita dalam mempelajari asal terbentuknya lautan, termasuk di dalamnya penelitian tentang lapisan kerak bumi, gunung berapi dan terjadinya gempa bumi. Geologi oseanografi juga menjelaskan struktur dari bebatuan dan bentuk- bentuk fisik dari lautan tersebut, misalnya adanya palung laut, lembah laut, lubuk laut, lembah, dll serta memelajari terjadinya patahan- patahan yang menyebabkan gempa bumi di laut.
3)    Kimia Oseanografi
Kimia oseanografi yaitu ilmu yang berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar laut dan juga menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri.Misalnya kadar garam yang terdapat dalam air laut, zat- zat kimia yang mencemari, dll. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air lautadalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
4)    Biologi Oseanografi
Biologi oseanografi adalah cabang ilmu oseanografi yang sering dinamakan Biologi Laut yang mempelajari semua organisme yang hidup di lautan termasuk binatang-binatang yang berukuran sangat kecil (plankton) sampai yang berukuran besar dan tumbuh-tumbuhan air laut. Di lautanpun juga terdapat kehidupan seperti di daerah terestial, misalnya fitoplankton, zooplankton, terumbu karang, nekton, bentos, dan lain- lain.

b. Pembagian ilmu oseanografi biologi
Pada pembagian bidang ilmu oseanografi talah disebutkan bahwa terdapat cabang ilmu biologi oseanografi. Pada biologi oseanografi, kajian yang dipelajari adalah kehidupan di laut, baik mempelajari tentang makhluk hidup yang ada di laut maupun interaksinya dengan lingkunganya. Biologi oseanografi dipelajari karena beberapa alasan antara lain; laut merupakan penyedia sumber makanan, penyedia sumber obat, tempat rekreasi dan pariwisata. Biologi kelautan mencakup skala yang luas, dari mikro seperti plankton dan fitoplankton sampai hewan besar seperti paus.Dalam penerapannya, antara oseanografi dan biologi khususnya biologi kelautan mempunyai saling keterkaitan. Seperti contoh suatu ekosistem perairan laut mempunyai suatu keadaan lingkungan laut yang bisa mempengaruhi jumlah komunitas mahkluk hidup yang tinggal di laut tersebut. Keadaan laut tersebut bisa dipelajari dalam oseanografi. Keadaan laut yang dipelajari tidak hanya tentang cuaca di atas laut, tetapi juga keadaan lautnya, bagaimana kedalaman lautnya, bagaimana arus air lautnya serta bagaimana kandungan zat kimia yang mungkin terlarut dalam air laut tersebut.
Faktor-faktor yang ditinjau antara lain :
·         Batimetri,
·         Keterbukaan perairan,
·          pola arus,
·         pasang surut,
·          masukan dari daratan,
·         konsentrasi klorofil-a, dan nutrien esensial.

3.3. Peramalan upaya perikanan tangkap
1. peramalan secara modern dengan menggunakan remote sensing
Mengapa penting :
       Untuk keakuratan estimasi fishing ground, yang perlu dilakukan mengkolaborasikan data acoustic, citra satelit remote sensing dan data oseanograifi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)    Langkah dasarnya dengan metode remote sensing satelit, secara ex situ kita harus menemukan perairan yang memiliki klorofil (plankton).
b)    Kemudian, menganalisis hubungannya dengan data oseanografi (suhu, salinitas dan arus) yang juga didapatkan dari satelit dan instrumen oseanografi yaitu argo float.
c)    Kemudian hasil analisis data dari dua instrumen tersebut (satelit dan argo float) dibuat peta estimasi fishing ground yang up to date. Selanjutnya peta estimasi tersebut direlay ke armada penangkapan. Berbekal peta estimasi tersebut armada segera menuju lokasi yang telah diestimasi, lalu mengkolaborasikan peta tersebut dengan data acoustic yang didapatkan dengan echosounder secara in situ (langsung) pada perairan, kemudian dilakukan pemanfaatan (penangkapan) ikan.
a. Penerapan Teknologi Pengindraan Jauh (remote sensing) Untuk Penangkapan Ikan
         Pemanfaatan teknlogi Pengindraan jauh untuk sumberdaya perikanan didasari oleh suatu kajian mengenai karakteristik permukaan laut dimana dari sekian banyak karakteristik permukaan laut yang di deteksi oleh satelit pada prinsipnya ada tiga elemen utama yang digunakan untuk penentuan potensi daerah penangkapan ikan yaitu: suhu permukaan laut (SPL) dan persebaran klorofil. Terdapat sejenis plankton yang mengandung klorofil (zat hijau daun). Plankton ini merupakan makanan ikan-ikan kecil yang pada gilirannya akan menjadi makanan bagi ikan yang lebih besar. Jadi dengan mendeteksi lokasi klorofil, maka secara tak langsung akan mendeteksi lokasi yang mungkin banyak ikannya. Cara mendeteksi klorofil ini, pada dasarnya adalah sangat sederhana.

           Sensor yang ada pada satelit diberi filter hijau (band hijau) secara digital, artinya detektor akan mendeteksi sinar hijau saja. Jadi sensor mendeteksi klorofil yang ada di laut. Tentu saja sangat perlu dilakukan beberapa sample pengukuran di laut (in-site, pengukuran di tempat), karena belum tentu sinar hijau yang dicatat oleh sensor satelit berasal dari klorofil. Setelah melakukan pengukuran di beberapa tempat dengan kapal misalnya, maka kini dapat dilakukan interpolasi atau ekstrapolasi terhadap data / citra satelit yang mempunyai liputan yang sangat luas itu; situasi klorofil pada lokasi yang luas dapat ditentukan dengan cepat. Seterusnya para nelayan akan diberi tahu untuk menentukan daerah operasi mereka. 

Lokasi tempat berkumpulnya ikan dapat ditentukan dengan kombinasi antara lain :
ü  lokasi klorofil,
ü  suhu permukaan laut
ü   pola arus laut
ü  cuaca, serta karakter toleransi biologis ikan terhadap suhu air.
Terdapat beda suhu di seantero muka laut. Hal ini disebabkan oleh naiknya lapisan air laut di sebelah bawah ke atas (upwelling) karena perbedaan suhu. Kenaikan lapisan air ini juga membawa zat makanan bagi kehidupan di laut. Jadi dengan mendeteksi upwelling akan dapat pula memberi petunjuk akan adanya ikan. Di samping itu setiap jenis ikan memiliki zona suhu yang tertentu sebagai habitatnya. Satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi masalah tersebut di atas adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh.

·         Pendeteksian Ikan secara langsung
      Untuk keperluan penangkapan ikan dan pendugaan stok ikan, pendeteksian ikan secara langsung dilakukan dengan 2 cara Menggunakan tranportasi udara Pengamat terbang dan mencari kumpulan ikan (fish schooling). Pendeteksian yang dilakukan adaah identifikasi jenis, ukuran dan jumlah dari kumpulan ikan tersebut. Pendeteksian jenis ini menuntut keahlian pengamat dalam mendeteksi ikan. Menggunakan teknologi akustik (echosounder) Dengan menggunakan teknologi sonar, ikan dapat dideteksi secara langsung dari atas kapal. Akurasi dan luas wilayah pendeteksian dapat diatur secara mekanik dan elektronik. Data pendeteksian dapat disimpan untuk diolah nanti
·         Pendeteksian Ikan secara tidak langsung
      Penginderaan jauh secara tidak langsung adalah dengan menggunakan kemampuan mendeteksi habitat yang sesuai untuk tempat berkumpulnya ikan Pendeteksian secara berkelanjutan membutuhkan data yang berkelanjutan pula. Kemampuan menyimpan dan mengolah data ini menjadikan Penginderaan  GIS (Geographical Information System
àJauh
·         Pendeteksian wilayah Aquakultur
Budidaya ikan sangat tergantung dengan lokasi. Citra saletit yang komprehensif dapat membantu memilih lokasi yang ideal Budidaya ikan dan kerang mutiara di laut juga memerlukan data perubahan kondisi perairan yang kontinu. Budidaya jenis ini sangat dipengaruhi kualitas air dan kondisi perairan sebagai contoh; blooming alga terutama jenis yang beracun (Harmful Alga Blooms HAB).
2. peramalan dengan cara  tradisional           Penentuan daerah  penangkapan ikan yang umum dilakukan oleh nelayan sejauh ini masih menggunakan cara-cara tradisional, yang diperoleh secara turun-temurun. Akibatnya, tidak mampu mengatasi perubahan kondisi oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan ikan yang berubah secara dinamis.  Ekspansi nelayan besar ke daerah penangkapan nelayan kecil mengakibatkan terjadi persaingan yang kurang sehat bahkan sering terjadi konflik antara nelayan besar dengan nelayan kecil.

a. Cara nelayan tradisional menentukan daerah penangkapan ikan ( DPI)
·         Dengan pengetahuannya mengenai keadaan angin, keadaan bulan dan pasang surutnya air
·         DenganWarna air laut
·         Mengadakan baringan dengan cara sederhana, dengan mengambil sebagai patokan puncak gunung/puncak mercusuar/letak suatu pulau yg kelihatan dari lokasi itu
·         Memberi tanda berupa tonggak atau tanda lain yang diberi pemberat sebagai jangkar
·         Dengan perasaan dan penglihatan orang yang berpengalaman dalam penangkapan ikan

b. Rumpon salah satu alat tradisional menentukan daerah penangkapan ikan                                    Rumpon merupakan salah satu alat bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan dimana mempunyai kontruksinya menyerupai pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatau tempat di perairan laut  yang berfungsi sebagai tempat berlindung, mencarai makan, memijah, dan berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat  berkumpulnya ikan  di laut, untuk mengefisienkan oprasi penangkapan bagi para nelayan.

            Rumpon merupakan alat bantu  penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan agar  berkumpul disuatu tempat yang selanjutnya diadakan penangkapan. Dengan makin majunya  rumpon telah menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan daerah penangkapan buatan dan manfaat keberadaannya cukup besar. Sebelum mengenal rumpon, nelayan menangkap ikan dengan cara mengejar ikan atau menangkap kelompok ikan di laut, kini dengan makin berkembangnya rumpon maka pada saat musim penangkapan,  lokasi penangkapan menjadi pasti di suatu tempat. Dengan telah ditentukan daerah penangkapan maka tujuan penangkapan oleh nelayan dapat menghemat bahan bakar, karena mereka tidak lagi mencari dan menangkap kelompok renang ikan dengan menyisir laut yang luas.  Nelayan di beberapa daerah telah banyak yang menerapkan  rumpon ini. Di Utara Pulau Jawa telah lama mengenal rumpon untuk memikat ikan agar berkumpul di sekitar rumpon, sehingga memudahkan penangkapan .

c. Fungsi dan Manfaat Rumpon
            Direktorat Jenderal Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon yakni : memudahkan pencarian gerombolan ikan, biaya eksploitasi dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil. Fungsi rumpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan adalah sebagai berikut :      
1)    Sebagai tempat mengkonsentrasi ikan agar lebih mudah ditemukan gerombolan   ikan dan menangkapanya.
2)    Sebagai tempat berlindung bagi ikan dari pemangsanya
3)    Sebagai tempat berkumpulnya ikan
4)    Sebagai tempat daerah penangkap ikan
5)    Sebagai tempat mencari makan bagi ikan.berlindung jenis ikan tertentu dari serangan ikan predator
6)    Sebagai tempat untuk memijah bagi ikan.
7)    Banyak ikan-ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon  dimana ikan dan plankton tersebut merupaka sumber makanan bagi ikan besar.
8)    Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadi rumpon sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk menangkapnya.

Sedangkan manfaatnya adalah sebagai berikut :

1.     Memudahkan nelayan menemukan tempatuntuk mengoperasikan alat  tangkapnya.

2.     Mencegah  terjadinya destruktif fishing, akibat penggunaan bahan peledak dan bahan kimia/beracun.

3.     Meningkatkan produksi dan produktifitas nelayan.

Nelayan dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri yang khas yaitu :

1.    Banyaknya buih-buih atau gelembung udara dipermukaan air.

2.    Warna air akan telihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya karena banyak ikan yang bergerombol.

3.    Adanya burung yang berkeliaran  di permukaan laut.

4.    Adanya gelondong-gelondong kayu yang hanyut di permukaan laut.

5.    Adanya kelompok ikan lumba-lumba di permukaan laut.

4.4. Silvofishery             Pengertian dan Definisi dari Silvofishery atau Wanamina adalah suatu pola agroforestri yang digunakan dalam pelaksanaan program perhutanan sosial di kawasan hutan mangrove. Petani dapat memelihara ikan dan udang atau jenis komersial lainnya untuk menambah penghasilan, di samping itu ada kewajiban untuk memelihara hutan Mangrove. Jadi prinsip silvofishery adalah perlindungan tanaman mangrove dengan memberikan hasil dari sektor perikanan. Sistem ini mampu menambah pendapatan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan mangrove. Silvofishery yang telah dikembangkan selama ini menggunakan jenis Rhyzophora sp.
Silvofishery Pengelolaan terpadu mangrove-tambak diwujudkan dalam bentuk sistem budidaya perikanan yang memasukkan pohon mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya yang dikenal dengan sebutan wanamina (silvofishery). Silvofishery pada dasarnya ialah perlindungan terhadap kawasan mangrove dengan cara membuat tambak yang berbentuk saluran yang keduanya mampu bersimbiosis sehingga diperoleh kuntungan ekologis dan ekonomis (mendatangkan penghasilan tambahan dari hasil pemeliharaan ikan di tambak. Pemanfaatan mangrove untuk silvofishery saat ini mengalami perkembangan yang pesat, karena system ini telah terbukti mendatangkan keuntungan bagi pemerintah dan nelayan secara ekonomis. Fungsi mangrove sebagai nursery ground sering dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan perikanan (sivofishery). Keuntungan ganda telah diperoleh dari simbiosis ini. Selain memperoleh hasil perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun murah, karena tanpa harus memberikan makanan setiap hari. Hal ini disebabkan karena produksi fitoplankton sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi kebutuhan perikanan tersebut. Oleh karena itu keberhasilan silvofishery sangat ditentukan oleh produktivitas fitoplankton.
a. Model Silvofishery Atau Model Wanamina
    Secara umum terdapat tiga model tambak wanamina, yaitu; model empang parit, komplangan, dan jalur. Selain itu terdapat pula tambak sistem tanggul yang berkembang di masyarakat. Pada tambak wanamina model empang parit, lahan untuk hutan mangrove dan empang masih menjadi satu hamparan yang diatur oleh satu pintu air. Pada tambak wanamina model komplangan, lahan untuk hutan mangrove dan empang terpisah dalam dua hamparan yang diatur oleh saluran air dengan dua pintu yang terpisah untuk hutan mangrove dan empang (Bengen, 2003).

Tambak wanamina model jalur merupakan hasil modifikasi dari tambak wanamina model empang parit. Pada tambak wanamina model ini terjadi penambahan saluran-saluran di bagian tengah yang berfungsi sebagai empang. Sedangkan tambak model tanggul, hutan mangrove hanya terdapat di sekeliling tanggul. Tambak jenis ini yang berkembang di Kelurahan Gresik dan Kariangau Kodya Balikpapan. Berdasarkan 3 pola wanamina dan pola yang berkembang di masyarakat, direkomendasikan pola wanamina kombinasi empat parit dan tanggul. Pemilihan pola ini didasarkan atas pertimbangan:
  1. Penanaman mangrove di tanggul bertujuan untuk memperkuat tanggul dari longsor, sehingga biaya perbaikan tanggul dapat ditekan dan untuk produksi serasah.
  2. Penanaman mangrove di tengah bertujuan untuk menjaga keseimbangan perubahan kualitas air dan meningkatkan kesuburan di areal pertambakan.
Luas permukaan air di dalam tambak budidaya jenis mang-rove yang biasanya ditanam di tanggul adalah Rhizophora sp. dan Xylocarpus sp. Sedangkan untuk di tengah/pelataran tambak adalah Rhizophora sp. Jarak tanam mangrove di pelataran umumnya 1m x 2m pada saat mangrove masih kecil. Setelah tumbuh membesar (4-5 tahun) mangrove harus dijarangkan. Tujuan penjarangan ini untuk memberi ruang gerak yang lebih luas bagi komoditas budidaya. Selain itu sinar matahari dapat lebih banyak masuk ke dalam tambak dan menyentuh dasar pelataran, untuk meningkatkan kesuburan tambak.
b .prinsip dasar silvofishery 
Prinsip dasar silvofishery adalah perlindungan tanaman hutan bakau dengan memberikan hasil lain dari segi perikanan. Hal ini dapat dimengerti karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar hutan mangrove bermata pencaharian sebagai pencari ikan. Jadi dengan adanya pengembangan pola sistem silvofishery, disamping sesuai dari segi ekologis, juga selaras dengan pola hidup masyarakat sekitarnya.
Sejak tahun 1976 Perum Perhutani selaku pengelola kawasan hutan telah mengembangkan program yang mengintegrasikan kegiatan budidaya ikan dan pengelolaan hutan mangrove yang dikenal dengan istilah tambak tumpang sari, tambak empang parit, hutan tambak atau silvofishery yang semuanya bertujuan menekan laju degradasi hutan mangrove. Silvofishery adalah suatu bentuk usaha terpadu antara hutan mangrove dan perikanan budidaya. Pendekatan terpadu terhadap konservasi dan pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove memberikan kesempatan untuk mempertahankan kondisi kawasan hutan tetap baik, disamping itu budidaya perairan payau dapat menghasilkan keuntungan ekonomi. Faktor penting lainnya adalah teknologi ini menawarkan alternatif yang praktis untuk tambak tetap berkelanjutan (sustainable).
Tipe tambak silvofishery terdiri dari tiga tipe yaitu :
·         tipe empang parit,
·         komplangan dan jalur.
·         Pola empang parit,
dimana lahan yang efektif digunakan untuk memelihara ikan ataupun udang, hanya merupakan saluran keliling atau caren sedangkan bagian tengahnya ditumbuhi pohon bakau. Pada pola komplangan, tambak pemeliharaan ikan atau udang terpisah atau berdekatan dari areal tegakan.
Tipe tambak yang terakhir adalah tipe jalur atau model kao-kao. Pada model Kao-Kao ini mangrove ditanam pada guludan-guludan. Lebar guludan 1-2 m dengan jarak antara guludan adalah 5-10 m (disesuaikan dengan lebar tambak). Variasi yang lain adalah mangrove ditanam di sepanjang tepian guludan/kao-kao dengan jarak tanam 1 meter .(Sofiawan, 2000).
c. Keuntungan model jalur
adalah ruang pemeliharaan ikan cukup lebar, lapukan serasah tanaman dapat meningkatkan kesuburan tambak, dan intensitas matahari cukup tinggi. Sedangkan
d. kerugiannya
 adalah pembersihan serasah tanaman bakau harus sering dilakukan dan panen harus dilakukan dengan menggiring ikan pada satu sudut tambak. Perbandingan luas mangrove dan luas tambak adalah 80:20 dengan hasil produksi tambak yang terbilang kecil dikarenakan lebih mengutamakan keseimbangan ekologi perairan tersebut.

0 comment: