That's all about Fishary and Marine

Indonesia has the most ocean regions, marine undeniable richness in Indonesia is enormous. Indonesia's sea area of about 5.8 million km2, consisting of 0.3 million km2 of territorial waters, 2.8 million km2 of inland waters and islands, 2.7 million km2 Exclusive Economic Zone (EEZ), and consists of more than 17,500 islands, save a tremendous wealth..

That's all about Fishary and Marine

Indonesia has the most ocean regions, marine undeniable richness in Indonesia is enormous. Indonesia's sea area of about 5.8 million km2, consisting of 0.3 million km2 of territorial waters, 2.8 million km2 of inland waters and islands, 2.7 million km2 Exclusive Economic Zone (EEZ), and consists of more than 17,500 islands, save a tremendous wealth

That's all about Fishary and Marine

Indonesia has the most ocean regions, marine undeniable richness in Indonesia is enormous. Indonesia's sea area of about 5.8 million km2, consisting of 0.3 million km2 of territorial waters, 2.8 million km2 of inland waters and islands, 2.7 million km2 Exclusive Economic Zone (EEZ), and consists of more than 17,500 islands, save a tremendous wealth.

That's all about Fishary and Marine

Indonesia has the most ocean regions, marine undeniable richness in Indonesia is enormous. Indonesia's sea area of about 5.8 million km2, consisting of 0.3 million km2 of territorial waters, 2.8 million km2 of inland waters and islands, 2.7 million km2 Exclusive Economic Zone (EEZ), and consists of more than 17,500 islands, save a tremendous wealth

That's all about Fishary and Marine

Indonesia has the most ocean regions, marine undeniable richness in Indonesia is enormous. Indonesia's sea area of about 5.8 million km2, consisting of 0.3 million km2 of territorial waters, 2.8 million km2 of inland waters and islands, 2.7 million km2 Exclusive Economic Zone (EEZ), and consists of more than 17,500 islands, save a tremendous wealth.

Tampilkan postingan dengan label College. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label College. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 April 2013

Bentang alam akibat proses sedimentasi (Pengendapan)


1) Delta
Delta terbentuk di muara sungai, yaitu tempat pertemuan sungai dengan laut. Pada saat aliran sungai mendekati laut, arusnya melemah karena adanya pengaruh gelombang laut, sehingga material yang dibawa aliran sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta. Nah, bagaimana delta terbentuk dapat kamu cermati pada gambar berikut.
Gambar 6.68 Proses pembentukan delta.
Delta yang berkembang luas dapat menyatu dengan daratan sehingga akan menambah luas daratan. Dilihat dari bentuk fisiknya, ada beberapa bentuk delta, yaitu delta kaki burung, delta busur segitiga (kipas), dan delta kapak. Cobalah temukan informasi tentang ketiga delta tersebut dan perbedaannya.
Gambar 6.69 Kipas aluvial
2) Kipas Aluvial
Kenampakan ini terbentuk di kaki gunung. Pada tempat ini terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga energi pengangkut (air) melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan. Materi yang terendapkan merupakan aluvium halus. Umumnya terbentuk di antara lembah curam dan sempit.
3) Tanggul Alam
Tanggul alam terbentuk pada waktu terjadi banjir, akibatnya material-material dari air sungai meluap di kanan kiri sungai. Ketika banjir mereda, material tersebut terendapkan di kanan kiri sungai dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.
Banjir mereda meninggalkan endapan di kanan kiri sungai.
Endapan semakin tinggi membentuk tanggul alam.
4) Dataran Banjir
Dataran banjir merupakan dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari material hasil pengendapan banjir aliran sungai. Pada saat banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terbentuk dataran banjir. Agar kamu mengetahui proses pembentukannya dengan jelas, perhatikan gambar berikut.
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 233 Gambar 6.71 Proses terbentuknya dataran banjir.
5) Meander
Meander adalah salah satu bentuk sungai yang khas. Sungai dengan kelokan yang terbentuk dari adanya pengendapan. Meskipun sungai ini banyak terdapat di bagian tengah suatu DAS, bahkan mendekati hilir, tetapi proses pembentukannya dimulai di bagian hulu. Volume air di bagian hulu yang kecil mengakibatkan tenaga yang terbentuk pun kecil. Oleh karenanya sungai akan mencari rute yang paling mudah, yaitu materi batuan yang tidak resistan. Di bagian tengah, aliran air mulai melambat karena relief yang datar. Di sinilah pembentukan meander mulai nyata. Proses meander terjadi di tepi sungai baik bagian dalam maupun luar lekukan sungai. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, di bagian lain dari tepi sungai yang alirannya lamban akan terjadi pengendapan. Meander terbentuk dari proses ini yang berlangsung secara terus-menerus.
Gambar 6.72 Meander
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 236
Gambar 6.73 Proses terbentuknya meander.
6) Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)
Oxbow lake terbentuk akibat proses sedimentasi yang terjadi pada lekukan sisa sungai meander. Material sedimen yang terangkut oleh aliran sungai diendapkan pada bagian luar cekungan sungai. Proses ini jika berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama, mengakibatkan material sedimen akan memotong alur sungai sehingga alur sungai berubah menjadi lurus. Sementara itu, cekungan alur sungai yang terpotong membentuk genangan air menjadi danau. Gambar berikut akan membuatmu lebih memahami bagaimana terbentuknya danau tapal kuda.
Gambar 6.74 Danau tapal kuda
Gambar 6.75 Pembentukan danau tapal kuda.
7) Tombolo dan Spit
Tombolo dan spit merupakan kenampakan alam hasil proses sedimentasi di pantai. Tombolo adalah endapan material sedimen yang menghubungkan daratan dengan pulau kecil, sedangkan spit merupakan endapan material sedimen laut di bagian ujung tanjung. Di Indonesia kenampakan tombolo dan tanjung dapat dijumpai di Pulau Bali. Wilayah sempit Jimbaran merupakan tombolo yang menghubungkan Pulau Bali dengan pulau kecil di bagian selatan.
8) Gumuk Pasir
Gumuk pasir merupakan bentang alam hasil pengendapan oleh angin. Bentang alam ini dapat terbentuk di pantai maupun di gurun. Terbentuk karena adanya akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat sehingga pasir terangkut dan kemudian terendapkan membentuk gumuk pasir. Bentang alam semacam ini dapat kamu temukan ketika kamu mengunjungi Pantai Parangtritis di Yogyakarta.
Denudasi
Antara denudasi dengan erosi dan pelapukan saling terkait, karena tenaga yang bekerja dalam proses denudasi (perombakan) adalah erosi dan pelapukan. Bentang alam hasil proses apa pun bisa saja mengalami perombakan. Proses denudasi ini akan menghasilkan beberapa fenomena antara lain seperti berikut.
1) Lereng Puing
Tebing atau lereng gunung terdenudasi sehingga menghasilkan lereng puing di kaki gunung.
2) Longsoran Bukit
Selain lereng puing, denudasi juga menghasilkan materi longsoran yang bisa saja menimbulkan rockfall dan landslide.


*Budisma.web.id

Sedimentasi

Batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di padang pasir misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan berpindah ke tempat lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya angkut besar.
1.

Delta. Delta terjadi di muara sungai yang lautnya dangkal dan sungainya membawa banyak bahan endapan. Bentuk delta dapat dikelompokkan dalam 4 macam, yaitu:

a.
Delta lobben, bentuknya menyerupai kaki burung. Biasanya tumbuh cepat besar, karena sungai membawa banyak bahan endapan. Contohnya delta Missisippi.

Gambar 11. Delta Lobben.

b.
Delta tumpul, bentuknya seperti busur. Keadaannya cenderung tetap (tidak bertambah besar), misalnya delta Tiger dan Nil.

Gambar 12. Delta Tumpul.

c.
Delta runcing, bentuknya runcing ke atas menyerupai kerucut. Delta ini makin lama makin sempit.

Gambar 13. Delta Runcing.

d.
Estuaria, yaitu bagian yang rendah dan luas dari mulut sungai.

Gambar 14. Estuaria

2.
Endapan kapur, yang terdiri dari sisa binatang karang, lokan, atau rangka ikan. Endapan kapur ini biasanya terjadi di laut dangkal.

3.
Endapan pasir silikon, dihasilkan dari bangkai plankton yang berangka silikon. Endapan ini terjadi di dasar laut yang dalam.





Rabu, 03 April 2013

Jenis-jenis Parasit yang terserang pada ikan kerapu bebek




Jenis parasit yang sering menyerang ikan kerapu pada tingkat pendederan adalah sejenis kutu ikan golongan crustacea, cacing pipih golongan trematoda, protozoa dan tricodina.

·         Kutu Ikan

Parasit sejenis kutu, bentuknya seperti Argulus yang merupakan golongan Crustacea, banyak menyerang pada pendederan kerapu.   Parasit ini berbentuk pipih seperti kutu, berukuran 2–3 mm, menempel pada permukaan tubuh ikan terutama pada bagian kulit dan sirip. Serangan dalam jumlah besar akan mengakibatkan kematian, karena parasit ini menghisap darah ikan dan mengakibatkan tubuh mangsanya berlubang, sehingga ikan mudah terkena infeksi sekunder yaitu jamur dan bakteri.

Gejala yang diperlihatkan adalah : ikan berenang lamban, nafsu makan menurun, sisik mudah lepas, insang berwarna merah pucat, terdapat luka pada bagian tubuh ikan dan sering menggesek-gesekkan tubuhnya ke sisi jaring/bak atau berenang miring seolah-olah ikan merasa gatal.  Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan parasit ini adalah dengan memisahkan ikan yang terserang dari ikan yang sehat, agar  tidak tertulari.  Sedikitnya dua minggu sekali ikan direndam dalam air tawar selama 10–15 menit.  Pada waktu perendaman, parasit yang menempel akan lepas dan mati. Parasit yang mati akan terlihat jelas yaitu berwarna putih transparan. Pengobatan ikan yang baru terserang parasit ini cukup dengan cara perendaman tersebut. Biasanya ikan sembuh setelah 2–3 hari kemudian. Jika ikan telah mengalami luka-luka dapat dilakukan perendaman dalam air tawar, kemudian dilanjutkan dengan perendaman didalam larutan acriflavin 10 ppm/jam. (Kurniastuty, dkk 2004)

·         Cacing Pipih

Jenis cacing pipih yang biasanya menyerang adalah Diplectanum sp. yang merupakan golongan Trematoda. Gejala yang diperlihatkan adalah : nafsu makan berkurang, warna pucat baik pada tubuh maupun insang, produksi lendir tinggi, ikan berenang di permukaan air serta megap-megap dengan tutup insang terbuka dan sering menggosok-gosokkan tubuh ke bak pemeliharaan. Umumnya serangan parasit ini sering bersamaan dengan penyakit vibriosis. Untuk menanggulangi serangan cacing jenis ini dapat dilakukan perendaman dengan air tawar selama 15 menit kemudian untuk mengantisipasi adanya infeksi sekunder direndam acriflavin 10 ppm selama 1 jam.  Biasanya ikan akan sembuh setelah 4–6 hari perawatan.

·         Protozoa

Jenis protozoa yang biasa menyerang adalah Cryptocarion irritans. Penyakit yang ditimbulkannya disebut Cryptocarioniasis. Gejala yang diperlihatkan    adalah : terdapat bintik putih yang terlihat berbentuk titik yang cukup dalam, terdapat luka yang tersebar dan terjadi pendarahan pada kulit bagian dalam, pendarahan ini kemungkinan disebabkan karena ikan menggesek-gesekkan tubuhnya ke bak yang diakibatkan oleh rasa gatal dibagian kulit yang terserang. Ikan yang terserang akan kehilangan nafsu makan, mata membengkak, sisik-sisiknya lepas dan kadang terjadi pendarahan pada kulitnya dan terjadi pembusukan pada bagian sirip akibat terinfeksi bakteri/infeksi sekunder.

Untuk menanggulangi serangan tersebut dapat dilakukan dengan cara perendaman baik menggunakan air tawar selama 15 menit atau methylene blue 0,1 ppm selama 30 menit. Perendaman dapat diulang sebanyak 2–3 kali. Sedangkan terhadap infeksi sekunder seperti pembusukan sirip dapat dicegah dengan menggunakan acriflavin 10 ppm/jam. Tindakan yang perlu dilakukan agar penyakit ini tidak menyebar adalah dengan cara mengisolasi ikan yang sakit sejauh mungkin dari ikan yang sehat. Ikan-ikan yang mati atau sakitnya parah harus segera diambil dan dimusnahkan. Selain itu pengobatan harus dilakukan sedini mungkin begitu terlihat tanda-tanda ada ikan yang sakit.

·         Tricodina

Penyakit yang disebabkan oleh Tricodina sp. disebut tricodiniasis.  Gejala dan penanggulangannya hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh Cryptocarion irritans, tetapi jarang terjadi kerusakan pada kulit.

·         Monogenia

Monogonia merupakan parasit sejenis kutu ikan dari golongan Crustacea. Parasit ini menyerang dengan cara menempel di permukaan tunuh ikan kerapu, terutama bahagian kulit dan sirip. Parasit ini dapat menyebabkan kematian pada ikan, karena parasit ini mengisap darah ikan (inangnya). Serangan parasit ini dapat menimbulkan luka pda tubuh ikan, ikan berenang lambat dan cenderung memisahkan diri dari kelompoknya, nafsu makan menurun, sisik mudah lepas, insang berwarna merah pucat, dan tubuhnya sering digesek-gesekan ke waring/jarring atau berenang miring seola-olah merasa gatal.

Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan yang sakit dalam larutan formalin 100 ppm selama 1 jam dengan aerasi yang kuat. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam.

·         Trematoda

Trematoda merupakan cacing pipih Diplectinum sp yang banyak menyerang ikan kerapu. Parasit ini menyerang insang, hati dan mata. Adapun gejalanya adalah : nafsu makan berkurang, warna tubuh dan insang pucat, produksi lendir dipermukaan tubuh banyak, ikan selalu berenang di bahagian permukaan air dengan kondisi megap=megap dengan tutup insang terbuka.

Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan yang sakit dengan larutan formalin 100 ~ 150 ppm selama 15 ~ 30 menit, dan diulangi selama tiga hari berturut. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam. Setelah itu diberi Combatrin dengan dosis 1 botol combatrin (10 ml) untuk 5 kg pakan.

·         Cryptocaryon

Penyakit ini disebabkan oleh serangan protozoa Cryptocaryon sp, yang lebih dikenal dengan nama penyakit bintik putih. Bagaian tubuh yang diserang adalah permukaan tubuh, ekor, insang dan mata. Gejala dari penyakit ini adalah mata ikan kerapu membengkak, insang dan mata ditumbuhi semacam kista sebesar kepala jarum pentul dan berwarna putih terjadi pendarahan pada bagaian sirip, produksi lendir tubuh meningkat, dan nafsu makan ikan hilang.

Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan dengan air laut yang telah diberi formalin dengan dosis 100 ~ 150 ppm selama 15 ~ 30 menit, dan diulangi selama tiga hari berturut. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam. 

·         Tricodiniasis

Penyakit ini disebabkan oleh serangan protozoa Tricodina sp. Protozoa ini akan banyak menenpel pada insang, permukaan tubuh dan sirip ikan kerapu. Gejala yang timbul akibat dari serangan protozoa ini adalah produksi lendir meningkat, nafsu makan hilang, terdapat peradangan pada kuliar luar, dan berenang tidak normal. Pada serangan yang sudah parah dapat menyebabkan siripnya sobek-sobek.
Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan yang sakit dalam air laut yang telah diberi formalin dengan dosis 100 ppm selama 1 jam. Sedangkan untuk ikan yang telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam.

Upwelling



Pengertian Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993). Menurut Barnes (1988), proses upwelling ini dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :
1.    Pertama, pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan seperti mid-ocean ridge (suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di mana arus tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir deras ke permukaan.
2.    Kedua, ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya saat massa air yang di utara di bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di selatan ekuator bergerak ke selatan di bawah pengaruh gaya coriolis juga, keadaan tersebut akan menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di bawahnya. Kedalaman di mana massa air itu naik tergantung pada jumlah massa air permukaan yang bergerak ke sisi ruang kosong tersebut dengan kecepatan arusnya. Hal ini terjadi karena adanya divergensi pada perairan laut tersebut.
3.    Ketiga, upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai akibat tiupan angin darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini membawa massa air permukaan pantai ke laut lepas yang mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai yang kemudian diisi dengan massa air di bawahnya.
       Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan dapat disebabkan karena terjadinya proses air naik (upwelling). Karena gerakan air naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas yang tinggi dan tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan nitrat naik ke permukaan.  (Nontji, 1993).

Meningkatnya densitas ikan pelagis pada perairan upwelling disebabkan oleh 

    ketersediaan makanan yang cukup untuk larva dan ikan kecil dan besar. Termasuk ikan pelagis pemangsa seperti tuna yang bermigrasi ke dekat lokasi upwelling. Perairan upwelling  dicirikan dengan nilai suhu  permukaan laut yang rendah di bawah 28°C dan diikuti naiknya kandungan klorofil-a (0.8 - 2.0 mg). 
Berdasarkan beberapa penelitian, upwelling di Indonesia terjadi antara lain :
1.    di Samudra Hindia selatan 
2.    Pulau Jawa 
3.    Nusa Tenggara Barat 
4.    Sumatra, 
5.    laut di Kepulauan Maluku,
6.    Selat  Makasar, perairan Kepulauan Selayar, Laut Banda dan Laut Arafura. 
Pergerakan massa air yang disebabkan oleh perubahan iklim musiman (monsoon) juga berperan dalam penyebaran (migrasi) ikan terutama jenis pelagis. Wilayah yang di pengaruhi oleh fenomena ini adalah 
1.    Proses pelepasan material   (discharge)  yang beragam dari pantai ke laut merupakan fenomena oseanografi yang berpotensi dapat menurunkan kualitas air.
2.   Selanjutnya  di  khawatirkan akan mengganggu kese imbangan ekosistem pesisir serta penurunan potensi sumberdaya perikanan laut.

Tipe upwelling                                                                                                                                  

setidaknya ada 5 tipeUpwelling, yaitu :
      1.   Coastal upwelling
Merupakan upwelling yang paling umum diketahui, karena membantu aktivitas manusia dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan.  Upwelling ini terjadi karena, efek coriolis yang membelokan angin kemudian permukaan laut akan terbawa oleh angin menjauhi pesisir, sehingga air laut dalam yang mengadung nutrien sangat tinggi, akan menggantikan air permukaan yang terbawa olehangin.  Daerah yang sering terjadi coastal upwelling adalah pesisir Peru, Chili, Laut Arabia, Barat Daya Afrika, Timur New Zealand, Selatan Brazil, dan pesisir California
      2.  Equatorial Upwelling
           Serupa dengan coastal upwelling namun, lokasi terjadi berada di daerah equator.
      3.  Southern Ocean Upwelling
Upwelling yang disebabkan oleh angin yang berhembus dari barat bertiup ke arah timur di daerah sekitar Antartica membawa air dalam jumlah yang sangat besar ke arah utara.  Upwelling ini serupa dengan coastal upwelling, namun berbeda dalam lokasi, karena pada daerah selatan tidak ada benua atau daratan besar antara Amerika Selatan dan Antartika, sehingga upwelling ini membawa air dari daerah laut dalam.
      4.   Tropical Cyclone Upwelling
Upwelling yang disebakan oleh tropical cyclone yang melewati area.  Biasanya hanya terjadi pada cyclone yang memiliki kecepatan 5 mph (8 km/h).
      5.   Artificial Upwelling
Tipe upwelling, yang disebabkan oleh energi gelombang atau konversi dari energi suhu laut yang dipompakan ke permukaan.  Upwelling jenis ini yang menyebabkan blooming algae Secara ekologis, efek dari upwelling berbeda-beda, namun ada dua akibat yang utama :
·         Pertama, upwelling membawa air yang dingin dan kaya nutrien dari lapisan dalam, yang mendukung pertumbuhan seaweed dan blooming phytoplankton.  Blooming phytoplankton tersebut membentuk sumber energi bagi hewan-hewan laut yang lebih besar termasuk ikan laut,mamalia laut, serta burung laut.
·         Akibat kedua dari upwelling adalah pada pergerakan hewan.  Kebanyakan ikan laut dan invertebrata memproduksi larva mikroskopis yang melayang-layang di kolom air. Larva-larva tersebut melayang bersama air untuk beberapa minggu atau bulan tergantung spesiesnya.  Spesies dewasa yang hidup di dekat pantai, upwelling dapat memindahkan larvanya jauh dari habitat asli, sehingga mengurangi harapan hidupnya.  Upwelling memang dapat memberikan nutrien pada perairan pantai untuk produktifitas yang tinggi, namun juga dapat merampas larva ekosistem pantai yang diperlukan untuk mengisi kembali populasi pantai tersebut.

google.com

TREMATODA


Ciri-ciri : 
1. Tidak bersegmen
2. Menyerupai daun atau silindris
3. Umumnya hermaprodit
4. Reproduksi (degenetik): ovipaar, berkembang biak dalam bentuk larva.
5. Infeksi terutama oleh larva yang masuk usus,  kadang melalui kulit.


 Subkingdom : Metazoa
 Filum : Platyhelminthes
 Kelas : Trematoda (cacing daun / fluke)

 Subkelas : Digenea
 Ordo : Prosostomata
 Sub ordo : Strigeata
Famili : Schistomatidae
Genus : Schistosoma
Spesies: 
- Schistosoma japonicum
- Schistosoma haematobium
- Schistosoma mansoni
- Schistosoma intercalatum
- Amphistomata
Famili : Fascoilidae
Genus : Fasciola
Spesies:
- Fasciola hepatica
- Fasciola gigantic
Genus : Fasciolopsis

Spesies:
- Fasciolopsis buski
Famili : Opisthorchidae
Genus : Clonorchis
Spesies:
- Clonorchis sinensis
Genus : Opisthorchis
Spesies:
- Opisthorchis felineus
- Opisthorchis viverrini
Famili : Heterophyidae
Genus : Heterophyes
Spesies:
- Heterophyes heterophyes
Genus : Metagonimus
Spesies:
- Metagonimus yokogawai
Famili : Troglotrematidae
Genus : Paragonimus
Spesies:
- Paragonimus westermani

Dalam kelas Trematoda bisa dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
• Golongan hermaprodit
Contoh : Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Paragonimus westermani, Fasciolopsis buski. 
• Golongan anhermaprodit
Contoh : Scistosoma japonicum, Scistosoma mansoni, Scistosoma 
haematobium. 
Trematoda yang terdapat pada manusia termasuk dalam kelompok Digenia, yaitu kelompok dimana reproduksinya terdiri dari 2 fase, yakni :
a. Fase seksual : pada hospes definitif.
b. Fase aseksual : pada hospes intermedier / hospes perantara.
Golongan Trematoda yang hermaprodit mempunyai 2 hospes intermedier, sedangkan golongan Trematoda anhermaprodit tidak.

Morfologi umum 
Cacing dewasa 
• Bentuk pipih seperti daun, oval, kerucut atau agak silindris.
• Ukuran :
- Paling besar : Fasciolopsis buski ( 75 mm x 20 mm)
- Paling kecil : Heterophyes heterophyes ( 2 mm x 0,5 mm)
• Permukaan tubuh : sebagian atau seluruhnya tertutup duri tuberkel atau ragi-ragi.
• Alat perekat 2 buah batil isap
- Terletak bagian partikel (oral sucker/batil isap perut) bila terletak di ventro posterior disebut acetabulum.
- Ventro sucker lebih besar dari oral sucker
- Beberapa jenis punya batil isap genital
• Alat pencernaan terdiri dari 
- Pharink yang berotot
- Cavun oralis,oesophagus yang muskuler
- Intestinum yang bercabang 2 (seka intestinalis).
• Alat ekskresi terdiri dari sel api (flame cell)
Merupakan kelenjar sekresi sel api, kelenjar ekskresi, kandung kemih.
• Alat kelamin :
 Sifatnya kebanyakan hermaprodit (monoccious) kecuali cacing daun family Schistosomatidae.
 Testis 
o Kebanyakan 2 buah, terletak ditubuh bagian posterior atau anterior.
o Bentuk : bulat, berlobi, bercabang
o Posisi : satu sama lain saling berdampingan muka belakang 
(tandem) dan menyerong.
o Alur :
Testis – saluran eferen – vas defferent – kantung virus – atrium genitalis (gonoporus).
 Ovarium 
o Tunggal 
o Letak di posterior atau anterior
o Bentuk bulat/ berlobi/ bercabang
o Lebih kecil dari testis

Telur 
Terdiri dari 
# Sel ovum yang telah dibuahi
# Sel vitelin
# Membran vitelin
# Kulit telur : sebagian mempunyai sperculum, seperti : Schistosoma
# Telur masak berisi mirasidium

Mirasidium 
• Bentuk tiap spesias hampir sama
• Merupakan larva bersilia
• Hidup bebas di air atau sebagai parasit pada siput

Sporokista
• Bentuk kurang spesifik
• Perkembangan dari mirisidium
• Terjadi di tubuh inang perantara (berupa keong)
• Dalam rongga tubuh mirisidium terdapat sel induk redia
• Ada 2 macam sporokista :
- Sporokista induk 
- Sporokista tingkat 2
Redia 
• Bentuk kurang spesifik
• Bagian anterior terdapat faring yang musculer
• Intestinum berbentuk seperti kantong
• Terdapat sel api dan sel germinal
• Siklus hidup melalui 2 stadium redia

Serkaria 
• Bisa dihasilkan dari redia atau sporakista
• Badan berbentuk elips. Biasanya mempunyai 2 ekor untuk berenang.
• Mempunyai sel api, oral sucker, ventral sucker, bermacam-macam duri, alat pencernaan stadium ini paling baik untuk identifikasi.
Metaserkaria
• Perkembangan serkaria menjadi metaserkaria terjadi didalam tubuh hewan inang antara ke 2
• Ada metaserkaria yang hidup dan menempel pada tumbuhan air, seperti : Fasciolidae.
• Bentuk sferis atau ovoid
• Merupakan serkaria yang telah menjadi kista dan kehilangan ekor.
Berdasarkan habitatnya, Trematoda dibagi menjadi :
1. Trematoda usus : Fasciola buski, Heterophydae, Echinostoma 
ilocanum.
2. Trematoda hati :Fasciola hepatica, Opistorchis fenelius, 
Clonorchis sinensis, Opisthorcis viverini.
3. Trematoda paru : Paragonimus westermani
4. Trematoda darah : Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni, 
Schistosoma haematobium.


PARAGONIMUS WESTERMANI


A. PENDAHULUAN 
Trematoda ini mempunyai beberapa nama lain, yaitu : The Lung Fluke, Distoma westermani, Paragonimus ringeri, Oriental fluke atau cacing paru . Penyebaran geografisnya di daerah Asia Timur, antara lain: RRC, Jepang, Korea, Taiwan, juga ditemukan didaerah Indonesia, Filipina, Vietnam, India, Afrika dan Amerika.
Spesies-spesies yang lain adalah: Paragonimus africanus (Afrika), Paragonimus mexicanus (Mexiko dan Amerika Latin), Paragonimus uterobilateralis (Nigeria), Paragonimus kellicotti (Jepang).
Paragonimus westermani adalah kebetulan paru-paru yang paling menonjol di Asia dan Amerika Selatan. Ia ditemukan dari dua harimau Bengal yang mati di kebun binatang di Eropa pada tahun 1878. Beberapa tahun kemudian, infeksi pada manusia ditemukan di Fermosa. Paragonimiasis adalah infeksi parasit makanan ditanggung yang disebabkan oleh kebetulan paru-paru yang bisa menyebabkan sub-akut umtuk penyakit radang paru-paru kronis. Ini salah satu paru-paru fluke lebih dikenal dengan jangkauan geografis terluas. 
Lebih dari 30 spesies Trematoda (cacing) dari genus Paragonimus telah dilaporkan menginfeksi hewan dan manusia. Diantara lebih dari 10 spesies dilaporkan menginfeksi manusia, yang paling umum adalah Paragonimus westermani yang kebetulan paru-paru oriental. Paragonimus westermani orang dewasa generasi hemaphroditic. Ukuran bentuk dan warna menyerupai biji kopi ketika hidup.

A. SEJARAH PENEMUAN
Paragonimus westermani ditemukan diparu-paru manusia dengan Ringer pada tahun 1879 dan telur dalam dahak ini diakui secara mandiri oleh Manson dan Erwin Von Baelz pada tahun 1880. Manson mengusulkan bahwa siput sebagai hospes perantara dari berbagai pekerja di Jepang secara rinci seluruh siklus hidup dalam keong pada tahun 1916 dan tahun 1922. Nama spesies Paragonimus westermani dinamai Zookeeper oleh Mr.Paragonimus Westermani yang menemukan trematoda dalam sebuah harimau Bengal di Zoo Amsterdam. 

B. MORFOLOGI
Secara umum ukuran, bentuk, dan warna dari cacing Paragonimus westermani menyerupai biji kopi ketika hidup. Cacing dewasa mempunyai ukuran panjang 7,5 mm sampai 12 mm dan lebarnya 4 mm sampai 6 mm. Ketebalan berkisar dari 3,5 mm sampai 5 mm. Kulit dari worm ( tegument ) ditutupi penuh dengan duri scalelike. Mempunyai mulut pengisap dan perut yang sama ukurannya terletak dipra-equatorially. Kandung kemih ekskretoris memanjang dari ujung ke belakang faring. Lobed testis yang berdekatan satu sama lain yang terletak pada bagian belakang, dan lobed ovarium terletak didekat pusat dari worm (sedikit postacetabular). Rahim terletak didekat acetabulum yang terhubung ke vas deferens. Kelenjar vitelline yang menghasilkan kuning telur untuk telur, tersebar luas di bidang lateral dari faring ke ujung posterior.
Dengan melihat duri tegumental dan bentuk metaserkaria, orang bisa membedakan antara 30 spesies Paragonimus.

 Telur:
• Ukuran : 80-120 x 50-60 mikron. 
• Bentuk oval cenderung asimetris.
• Terdapat operkulum pada kutub yang mengecil.
• Ukuran operkulum relatif besar, sehingga kadang tampak telurnya seperti terpotong.
• Berisi embrio

 Cacing dewasa:
• Bersifat hermaprodit.
• Sistem reproduksinya ovivar.
• Bentuknya menyerupai daun. 
• Berukuran 7 – 12 x 4 – 6 mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 – 5 mm.
• Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.
• Uterus pendek berkelok-kelok.
• Testis bercabang, berjumlah 2 buah.
• Ovarium berlobus terletak di atas testis.
• Kelenjar vitelaria terletak dibagian lateral dan memanjang memenuhin seluruh tubuh.
• Orang dewasa generasi hermaphroditic. 



C. SIKLUS HIDUP 
 Dari Feces
Telur dikeluarkan bersama feses. Telur yang masuk dalam air akan menetas menjadi mirasidium kemudian akan keluar dan mencari hospes perantara pertama yaitu keong air (siput Bulinus / Semisulcospira). Dalam tubuh keong mirasidium berkembang menjadi sporokista dan kemudian menjadi redia. Redia akan menghasilkan serkaria. Serkaria akan akan keluar dari tubuh siput dan mencari hospes perantara ke-2, yiatu ketam/kepiting (Genus Eriocheir, Potamon, Sesarma, Prathelphuse,Pseudothelphusa,Astacus, Cambarus, dan Udang batu).
Setelah masuk ke tubuh kepiting, serkaria akan melepaskan ekornya dan membentuk kista (metaserkaria) didalam kulit di bawah sisik. Metaserkaria akan masuk ke tubuh manusia yang mengkonsumsi kepiting yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang matang. Metaserkaria akan mengalami proses ekskistasi di duodenum dan keluarlah larva. Larva menembus dinding usus halus rongga perut diafragma menuju paru-paru.
 Dari Dahak
Telur tidak berembrio dilewatkan dalam dahak dari manusia atau kucing. Dua minggu kemudian, miracidia berkembang di dalam telur dan menetas. Miracidia yang pertama menembus hospes perantara (keong). Dalam bentuk siput ibu sporocyst dan menghasilkan banyak rediae ibu, yang kemudian menghasilkan banyak rediae putri yang ditumpahkan serkaria merangkak menjadi air tawar. Serkaria merangkak menembus kepiting air tawar dan encyst dalam otot menjadi metaserkaria. Manusia atau kucing lalu memakan kepiting mentah yang terinfeksi. Setelah dimakan, metacerciaria yang excysts dan menembus usus, diafragma dan paru-paru di mana ia menjadi cacing dewasa di pasang. 

Tuan rumah menengah pertama Paragonimus westermani adalah siput air tawar : 
• Semisulcospira multicincta 
• Semisulcospira mandarina
• Semisulcospira gottschei
• Semisulcospira libertina
• Semisulcospira extensa 
• Semisulcospira amurensis 
• Semisulcospira calculus 
• Semisulcospira cancellata 
• Genus :
 Thiara 
 Hua
 Syncera
 Pomatiopsis
 Pomacea
 Brotia





Selama bertahun-tahun granifera tarebia diyakini untuk menjadi tuan rumah perantara untuk Paragonimus tetapi Michelson pada tahun 1992 menunjukkan bahwa ini adalah salah. Paragonimus memiliki kehidupan yang cukup kompleks yaitu siklus yang melibatkan dua host intermediate maupun manusia. Telur pertama berkembang di air setelah diusir oleh batuk (unembryonated) atau yang lulus dalam kotoran manusia.
- Dalam lingkungan eksternal, telur menjadi berembrio. 
- Pada tahap berikutnya, menetas miracidia parasit dan menyerang hospes perantara pertama seperti jenis siput air tawar. 
Miracidia menembus jaringan lunak dan pergi melalui beberapa tahap perkembangan di dalam siput, tetapi tumbuh menjadi serkaria dalam 3 sampai 5 bulan. Serkaria berikutnya menyerang hospes perantara kedua seperti kepiting atau udang karang dan encyst untuk berkembang menjadi metaserkaria dalam waktu 2 bulan. Infeksi pada manusia atau mamalia lain (host definitif) terjadi melalui konsumsi krustasea mentah atau kurang matang. Infeksi Manusia dengan Paragonimus westermani sering terjadi karena memakan kepiting yang tidak cukup dimasak secara matang atau yang hanya dibersihkan saja tanpa dimasak dahulu seperti lobster yang merupakan pelabuhan metaserkaria parasit. The excyst metaserkaria di duodenum, menembus dinding usus ke dalam rongga peritoneal, kemudian melalui dinding perut dan diafragma ke paru-paru, di mana mereka menjadi encapsulated dan berkembang menjadi dewasa. Cacing juga bisa mencapai organ-organ dan jaringan lain, seperti otak dan otot lurik, masing-masing. Namun apabila ini mengambil tempat penyelesaian siklus hidup tidak tercapai, karena telur tidak dapat keluar dari situs tersebut.

D. EPIDEMOLOGI
Termasuk berbagai spesies karnivora termasuk felids, canids, viverrids, mustelids, beberapa tikus dan babi. Manusia menjadi terinfeksi setelah makan kepiting air baku segar atau udang yang telah kista dengan metacerciaria tersebut. Asia Tenggara lebih didominasi lebih banyak terinfeksi karena gaya hidup makanan laut mentah sangat populer di negara-negara. Kepiting-kepiting string baku kolektor bersama dan membawa mereka mil pedalaman untuk menjual di pasar Taiwan. Kepiting ini mentah ini kemudian direndam atau acar dalam cuka atau anggur untuk mengentalkan otot krustasea. Proses memasak tidak membunuh metaserkaria, akibatnya menginfeksi host. Smashing kepiting padi-makan di sawah, percikan jus yang mengandung metaserkaria, juga bisa menularkan parasit, atau menggunakan jus disaring dari kepiting segar untuk keperluan pengobatan. Parasit ini mudah menyebar karena mampu menginfeksi hewan lain (zoonosis). Berbagai macam mamalia dan burung dapat terinfeksi dan bertindak sebagai host paratenic. Menelan tuan rumah paratenic dapat menyebabkan infeksi parasit ini. Paragonimus westermani didistribusikan di Asia Tenggara dan Jepang.
Spesies yang lainnya yaitu Paragonimus yang umum di bagian Asia, Afrika dan Amerika Selatan dan Tengah. Diperkirakan menginfeksi 22 juta orang di seluruh dunia. Paragonimus westermani telah semakin diakui di Amerika Serikat selama 15 tahun terakhir karena meningkatnya imigran dari daerah endemik seperti Asia Tenggara.

E. DISTRIBUSI GEOGRAFIS
Cacing ini tersebar di berbagai negara Asia, misalnya Cina, Taiwan, Jepang. Korea, Thailand, Filipina, India, Vietnam, Malaysia, Afrika, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Infeksi pada manusia juga pernah dilaporkan terjadi didaerah Asia selatan dan Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Paragonimus sp. yang ditemukan di Afrika kemungkinan merupakan spesies lain. Di Amerika Utara, pernah dilaporkan mengenai kasus autochton pada manusia.
Transmisi Paragonimus westermani parasit terhadap manusia dan mamalia terutama terjadi melalui konsumsi makanan laut mentah atau kurang matang. 
Di Asia, diperkirakan 80% dari kepiting air tawar membawa Paragonimus westermani. Dalam persiapan, kepiting hidup yang hancur dan metaserkaria bisa mencemari jari-jari / peralatan orang yang menyiapkan makan.
Terkadang transfer kista infektif dapat terjadi melalui pembuat makanan yang menangani makanan laut mentah dan kemudian mengkontaminasi peralatan memasak dan makanan lainnya. Konsumsi hewan yang memakan krustasea juga dapat menularkan parasit, untuk kasus telah dikutip di Jepang di mana daging babi mentah merupakan sumber infeksi pada manusia. Teknik persiapan makanan seperti acar dan pengasinan tidak memusnahkan agen penyebab. 
Sebagai contoh adalah dalam studi Cina yaitu pada makanan "kepiting mabuk" terbukti sangat berisiko karena tingkat infeksi adalah 100% bila kepiting direndam dalam anggur selama 3-5 menit dan dimasukkan kedalam kucing / anjing.

F. VEKTOR PENYEBARAN
Tidak ada vektor tetapi bekicot dan berbagai jenis kepiting lainnya adalah host intermediate. Di Jepang dan Korea, spesies kepiting Eriocheir adalah item makanan yang penting serta merupakan hospes kedua yang terpenting dari parasit ini. Hewan seperti babi, anjing, dan berbagai spesies kucing juga dapat menjadi hospes dari cacing Paragonimus westermani ini.

G. MASA INKUBASI
Sisa dari infeksi oviposisi (peletakan telur) adalah 65 sampai 90 hari. Infeksi dapat bertahan selama 20 tahun pada manusia.

H. PATOLOGI 
Setelah di situs paru-paru atau ektopik, cacing merangsang suatu respon inflamasi yang memungkinkan untuk menutupi dirinya dalam jaringan granulasi membentuk kapsul. Kapsul ini dapat memborok dan menyembuhkan dari waktu ke waktu. Telur di jaringan sekitarnya menjadi pseudotubercles.
Jika worm menjadi disebarluaskan dan masuk ke sumsum tulang belakang, dapat menyebabkan kelumpuhan, kapsul di jantung dapat menyebabkan kematian. Gejala dilokalisasi dalam sistem paru yang meliputi: batuk berdahak, bronkitis, dan darah dalam dahak (hemoptysis).

I. DIAGNOSIS
 Paragonimus westermani dalam jaringan
 Paragonimus westermani dalam kepala.
Diagnosa didasarkan pada demonstrasi mikroskopis telur dalam tinja atau sputum, tetapi ini tidak ada sampai 2 sampai 3 bulan setelah infeksi. 
Namun, kadang-kadang telur juga ditemukan dalam cairan efusi atau bahan biopsi. Selain itu, kita dapat menggunakan perbandingan morfologi dengan parasit usus lainnya untuk mendiagnosa agen penyebab potensial. 
Deteksi antibodi ini berguna dalam infeksi ringan dan dalam diagnosis paragonimiasis ekstrapulmoner. 
Di Amerika Serikat, deteksi antibodi terhadap westermani Paragonimus telah membantu dokter membedakan paragonimiasis dari TB di imigran Indocina.
Selain itu, metode radiologi dapat digunakan untuk X-ray rongga dada dan mencari cacing. Metode ini mudah didiagnosa, karena infeksi paru terlihat seperti tuberkulosis, pneumonia, atau spirochaetosis. Biopsi paru-paru juga dapat digunakan untuk mendiagnosa parasit ini.

J. MANAJEMEN DAN PENGOBATAN
Menurut CDC, praziquantel merupakan obat pilihan untuk mengobati paragonimiasis. Dosis yang direkomendasikan 75 mg / kg per hari, dibagi menjadi 3 dosis selama 2 hari telah terbukti untuk menghilangkan Paragonimus westermani. Bithionol adalah obat alternatif untuk pengobatan penyakit ini tetapi dikaitkan dengan ruam kulit dan urtikaria. 

K. PRESENTASI KLINIS PADA MANUSIA 
Pernah suatu ketika terdapat kasus yaitu ada seorang anak berumur 11 ½ tahun di Hmong Laos, seorang anak dibawa ke ruang darurat oleh orang tuanya. Orang tua dari anak ini bercerita bahwa selama 3 bulan terjadi penurunan stamina dan peningkatan dispnea atau sesak nafas. Dalam hal ini pasien menggambarkan batuk produktif intermiten dan nafsu makan berkurang dan dianggap telah kehilangan berat badan. 
Serta adanya tanda seperti : demam, menggigil, keringat malam,keringat dingin, sakit kepala, jantung berdebar, hemoptysis (batuk darah), nyeri dada, muntah, diare atau urtikaria (ruam kulit terkenal karena merah tua, mengangkat, gatal benjolan). Kedua orang tua pasien tersebut juga memaparkan bahwa mereka juga tidak mempunyai hewan peliharaan dirumah. Pada saat migrasi ke Amerika Serikat 16 bulan sebelumnya, semua anggota keluarga memiliki protein murni negatif tes intradermal derivatif, kecuali satu saudara yang positif tetapi memiliki radiografi dada normal dan kemudian menerima isoniazid selama 12 bulan. Torakotomi lateral kiri dilakukan selama 1800 ml terdapat cairan keruh, berbau seperti sup, berwarna kuning pucat, keju cottage seperti bahan protein telah dihapus, bersama dengan kebetulan, soliter 6-mm-panjang, coklat kemerahan kemudian diidentifikasi sebagai Paragonimus westermani.
Infeksi manusia pada Paragonimus dapat menyebabkan gejala akut atau kronik, dan manifestasi yang mungkit terdapat baik di dalam paru atau di luar paru.


 Gejala akut : 
Fase akut (invasi dan migrasi) dapat ditandai dengan diare, sakit perut, demam, batuk, urtikaria, hepatosplenomegali, kelainan paru, dan eosinofilia. Tahap akut sesuai dengan periode invasi dan migrasi dari cacing dan terdiri dari nyeri perut, diare, dan urtikaria, diikuti kira-kira 1 sampai 2 minggu kemudian dengan demam, nyeri dada berhubung dengan selaput dada, batuk dan dispnea. 
 Gejala kronis : 
Selama fase kronis, manifestasi paru meliputi batuk, dahak dahak berubah warna , hemoptysis, dan kelainan radiografi dada. Paragonimiasis paru kronis, kebanyakan pola klinisnya ringan, dengan batuk kronis, dahak berwarna coklat (warna tersebut disebabkan oleh cluster ekspektorasi telur coklat kemerahan bukan oleh darah) dan hemoptysis. 

Sulit dibedakan dengan TB maka harus dilakukan identifikasi serius tentang TB di ases penderita kronis dengan demam, batuk, penurunan berat badan. Namun untuk daerah endemic adanya Paragonamiasis. Flukes sesekali menyerang dan berada dalam ruang pleura tanpa keterlibatan parenkim paru. Berbeda dengan TBC, paru paragonimiasis hanya jarang disertai dengan rales atau suara nafas adventif. Banyak pasien yang asimtomatik, dan pasien gejala sering terlihat baik meskipun program yang berkepanjangan. Dalam gejala paragonimiasis diagnosis pada pleura rumit, karenajarang atau tidak pernah batuk ataupun muntah. Muntahan pasien tersebut dapat berkembang efusi pleura dan karena coendemicity dengan Mycobacterium tuberculosis efusi seperti itu sering misdiagnosed sebagai TB. Pleura Paragonimiasis dalam anak Laos, Ekstra-paru lokasi hasil cacing dewasa dalam manifestasi yang lebih berat, terutama ketika otak yang terlibat. Paragonimiasis Extra-paru jarang terlihat pada manusia, untuk cacing bermigrasi ke paru-paru, tetapi kista dapat berkembang di otak dan pelekatan perut akibat infeksi telah dilaporkan. Kista dapat berisi cacing hidup atau mati; cairan kental berwarna kuning-kecoklatan (kadang-kadang hemmorgahic). Ketika cacing mati atau lolos, kista secara bertahap menyusut, meninggalkan nodul jaringan berserat dan telur yang dapat kapur. Seluruh dunia tahu bahwa sebagian besar hemoptysis disebabkan oleh paragonamiasis. 

L. KESEHATAN DAN PENCEGAHAN STRATEGI PUBLIK 
Program pencegahan harus mempromosikan persiapan makanan lebih higienis dengan mendorong teknik memasak yang lebih aman dan penanganan saniter lebih dari makanan laut yang berpotensi terkontaminasi. Penghapusan hospes perantara pertama, bekicot, tidak dapat dipertahankan karena sifat dari kebiasaan organisme. Sebuah komponen kunci untuk pencegahan penelitian, lebih khusus penelitian perilaku sehari-hari. 
Studi baru-baru ini dilakukan sebagai bagian dari upaya lebih luas untuk menentukan status infeksi spesies Paragonimus di Laos. Sebuah survei epidemiologi dilakukan pada penduduk desa dan anak sekolah di Kabupaten Namback antara 2003 dan 2005.
Di antara 308 desa dan 633 anak sekolah dasar dan menengah, 156 desa dan 92 anak-anak mengalami reaksi positif pada tes kulit Paragonimus. Akibatnya, beberapa jenis kepiting diambil dari pasar dan sungai di daerah endemik paragonimiasis untuk pemeriksaan metaserkaria dan diidentifikasi sebagai tuan rumah antara kedua spesies Paragonimus.
Dalam studi kasus ini, kita melihat bagaimana tingginya prevalensi paragonamiasis dijelaskan oleh kebiasaan makan penduduk. Di antara anak sekolah, banyak siswa yang melaporkan pengalaman banyak makan kepiting panggang di lapangan. Kepala desa melaporkan sering mengkonsumsi kepiting hasil buruan (Tan Cheoy Koung) dan salad pepaya (Tammack Koung) dengan kepiting mentah hancur. Selain fitur ini karakteristik budaya makanan penduduk desa, penghuni daerah ini minum jus kepiting segar sebagai obat tradisional untuk campak, dan hal ini juga diduga merupakan rute untuk infeksi.


http://susyyoonshinhye.blogspot.com/2011/06/trematoda.html